Model Pakem dalam pembelajaran menulis
Diajukan sebagai
bahan penilaian mata kuliah pembelajaran
menulis
Yang diampu oleh
Hj.Isna Sulastri, Dra., MPd.
disusun oleh:
Aan Kurniati: 41032121101095/ C4

PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NUSANTARA BANDUNG
TAHUN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Rasa puji dan syukur saya panjatkan
kepada Allah Swt. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad Saw.
Dengan taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Tugas ini menjadi salah satu syarat
untuk kelulusan mata kuliah pembelajaran menulis , semester 4, dan harapan saya
mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua Amin.
Saya sungguh menyadari bahwa dalam
tulisan ini mungkin tak dapat dihindari akan ditemukan kejanggalan, kekeliruan
dan kesalahan. Kalau ini terjadi disebabkan karena ketidak sengajaan atau
keterbatasan wawasan saya sendiri.
Untuk itu, secara terbuka segala
teguran, kritik dan koreksi akan saya terima dengan senang hati, disertai
ucapan terimaksih dan pengghargaan yang mendalam. Hanya kepada Allah Subhanahu
Wata’ala jualah saya selalu berserah diri dan memohon perlindungan.
Bandung, Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PP
No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan
pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Pada dasarnya
guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih
banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru
untuk menerapkan PAKEM di kelasnya.
PAKEM merupakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar
sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu
termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan dan efektif.
PAKEM
kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif
berarti dalam proses pembelajaran Kreatif berarti Efektif berarti tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Menyenangkan berarti suasana dalam KBM
Dari
kepanjangannya PAKEM mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran yaitu Aktif,
Kreatif , Efektif, Menyenangkan.
A. Aktif.
Ciri aktif dalam
PAKEM berarti dalam pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif
dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta
mengamati pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru terlibat secara
aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya.
Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga
siswa aktif bertanya.
B. Kreatif
Kreatif
merupakan ciri ke-2 dari PAKEM yang artinya pembelajaran yang membangun
kreativitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama
siswa lainnya terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya.Gurupun
dituntut untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Guru
diharapkan mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
C. Efektif
Ciri ketiga
pembelajaran PAKEM adalah efektif . Maksudnya pembelajaran yang aktif, kreatif
dan menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Menyenangkan
Menyenangkan
merupakan ciri ke empat dari PAKEM dengan maksud pembelajaran dirancang untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan. Menyenangkan berarti tidak membelenggu,
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran, dengan
demikian waktu untuk mencurahkan perhatian (time of task) siswa menjadi tinggi.
Dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Sehubungan
dengan ciri menyenangkan dalam PAKEM, Rose and Nocholl (2003) mengatakan bahwa
pembelajaran yang menyenangkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks),
lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namum harapan untuk sukses
tetap tinggi.
Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda
ingin belajar ketika Anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar. Demikian
Rose dan Nicholl.
Menjamin bahwa belajar secara
emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar
dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat,waktu
rehat dan jeda teratur serta dukungan antusias.
Melibatkan secara sadar semua indera dan juga
pikiran otak kiri dan otak kanan. Menantang peserta didik untuk dapat berpikir
jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak
mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Dari uraian
singkat tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif dan menyenangkan (PAKEM), dalam
pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan harus diwujudkan di kelas
karena dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permasalahannya adalah bagaimana
kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana kelas agar siswa
belajar, yang pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun
makna baru dari dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Siswa sebagai
subjek belajar tidak mengkonsumsi gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam
proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Guru sebagai fasilitator
hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan yang diantaranya dapat menggunakan model pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan model pakem
dalam pembelajaran menulis?
2.
Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan
pakem?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian model pakem dalam
pembelajaran menulis
2.
Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan
pakem?
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
1.
PENGERTIAN MODEL PAKEM DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS
Rachmawati (2007:1) menyatakan pakem adalah sebuah model pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik megerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkn keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan, dan efektif. Sementara itu, Sudrajat (2009:1) menyatakan PAKEM
adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas
dalam mengembangkan pemahaman belajar melalui kegiatan berbuat”. Dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pakem merupakan model pembelajaran
yang menyenangkan, karena siswa lebih aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru
merupakan subyek yang membantu siswa dalam belajar.
Dalam prosesnya, pakem juga memiliki prinsip, seperti yang diungkap oleh Rachmawati (2007) juga menerangkan prinsip PAKEM diantaranya:
Dalam prosesnya, pakem juga memiliki prinsip, seperti yang diungkap oleh Rachmawati (2007) juga menerangkan prinsip PAKEM diantaranya:
(1) mengalami, yaitu siswa terlibat
aktif baik fisik, mental, maupun emosional,
(2) komunikasi, yaitu kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan siswa
(3) interaksi, yaitu
kegiatan pembelajaran interaksi multi arah
(4) refleksi, yaitu
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa memikirkan kembali apa yang ia
lakukan.
Pembelajaran pakem dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis deskripsi. Sudrajat, (2009: 3) menerangkan bahwa model pakem dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk berbuat sesuatu yang menyenangkan di dalam pembelajaran, sehingga model pakem berfungsi meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, model pakem sangat mendukung pembelajaran menulis untuk menambah semangat siswa dalam belajar.
Pembelajaran pakem dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis deskripsi. Sudrajat, (2009: 3) menerangkan bahwa model pakem dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk berbuat sesuatu yang menyenangkan di dalam pembelajaran, sehingga model pakem berfungsi meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, model pakem sangat mendukung pembelajaran menulis untuk menambah semangat siswa dalam belajar.
Model pakem memiliki prinsip. Menurut Sudrajat (2009:1) menyatakan, secara garis besar ciri-ciri pakem adalah:
(1) peserta didik terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat,
(2) guru menggunakan berbagai alat bantu dan
cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan dan cocok bagi
peserta didik,
(3) guru mengatur kelas dengan memajang
buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”
(4) guru menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok,
(5)
guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah
untuk diungkap gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya. pakem menuntut siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran, karena
dengan siswa aktif dan mengalami sendiri, diharapkan akan lebih banyak menambah
pengetahuan siswa.
2.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PAKEM
Dalam melaksanakan model pakem dalam
pembelajaran sebelumnya perlu diketahui tentang hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan pakem. Hal-hal tersebut telah diungkap oleh Sudrajat
(2009:2) sebagai berikut:
(1) memahami sifat yang dimiliki anak,
(2)
mengenal anak secara perorangan,
(3) memanfaatkan perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar,
(4)
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah,
(5) mengembangkan ruang kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik,
(6)
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,
(7)
memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar,
(8)
membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dengan ini, diharapkan guru
mampu melaksanakan model pakem dengan tepat dan sesuai.
Pelaksanaan pakem dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Pembelajaran pakem banyak menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti aktif secara fisik yaitu siswa mampu bergerak untuk mengekspresikan dirinya dalam mengikuti pelajaran, Aktif secara mental, adalah siswa bebas mengekspresikan dirinya dan bebas mengungkapkan pendapatnya tentang sebuah teori yang dipelajarinya.
Pelaksanaan pakem dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Pembelajaran pakem banyak menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti aktif secara fisik yaitu siswa mampu bergerak untuk mengekspresikan dirinya dalam mengikuti pelajaran, Aktif secara mental, adalah siswa bebas mengekspresikan dirinya dan bebas mengungkapkan pendapatnya tentang sebuah teori yang dipelajarinya.
Proses Pakem adalah proses pelaksanaan
pembelajaran yang menekankan tentang prinsip pakem. Uraian prinsip PAKEM adalah
sebagai berikut:
1. Mendengarkan pendapat siswa
Setiap siswa memiliki karakter dan keinginan yang berbeda, karena itu apa yang diinginkan siswa harus didengarkan. Mendengarkan apa yang diinginkan siswa dan menanggapinya adalah merupakan sebuah penghargaan terhadap siswa.
2. Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah sumber belajar yang telah dialami oleh siswa seperti kunjungan belajar, peristiwa yang dialami oleh siswa, dan lingkungan sekitarnya. Sumber belajar lainnya adalah berupa buku paket, buku penunjang ataupun media pembelajaran lainnya yang relevan. Guru dalam model pakem tidak boleh menganggap buku paket adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena pengalaman siswa itu sendiri merupakan sumber belajar yang utama dan mampu menambah pengalaman siswa secara lebih awet dalam ingatannya.
3. Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu
Guru hendaknya menumbuhkan minat siswa untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru memancing ide-ide siswa dalam mendeskripsikan dengan bantuan gambar-gambar yang menarik minat belajar siswa. Hal ini juga digunakan untuk melatih siswa berani dalam mengungkapkan keinginan atau idenya kepada guru dan siswa lain.
4. Memberikan pertanyaan terbuka, menantang dan produktif
Memberikan pertanyaan yang dapat menambah keingintahuan siswa untuk belajar lebih lanjut. Pertanyaan terbuka dan menantang dapat didukung dengan topik-topik yang dapat menggugah minat siswa dalam menulis karangan. Gambar-gambar yang menantang adalah gambar yang mampu dibuat sebagai karangan yang hidup yang dapat disesuaikan dengan pengalaman siswa.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk publikasi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membanggakan hasil karyanya dengan mempublikasikannya di depan kelas, bisa dengan membaca keras di depan kelas atau memajangnya di papan pajangan yang terletak di kelas. Hal ini dapat menambah percaya diri siswa dalam berbagai hal yang dilakukannya dalam pembelajaran, bisa juga mebuat siswa lebih berani dalam mengungkapkan keinginannya, pendapatnya, serta mampu menjadikan siswa lebih produktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pakem yaitu dengan menggali keaktifan siswa dalam mengungkapkan ide ataupun kreatifitas siswa dalam semua aspek kebahasaan. Dalam penelitian ini pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada aspek kebahasaan menulis. Dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membuat karangan deskripsi. Karangan deskripsi menuntut siswa untuk menerangkan suatu keadaan berdasarkan gambar yang ada. Pembelajaran pakem dalam mata pelajaran bahasa Indonesia membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide cerita sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh guru.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan model pakem adalah pembelajaran menulis yang mengajak siswa untuk mendeskripsikan gambar dengan suasana yang menyenangkan, menambah kreativitas siswa, dan mengajak siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya terlihat pada aktif geraknya, namun aktif juga ditujukan pada aktifnya keinginan siswa untuk menjawab soal, untuk menanyakan tentang materi, hal inilah yang dimaksud dengan aktif afektifnya. Pada pembelajaran pakem ini, siswa akan merasa lebih tenang di dalam kelas, dia merasa betah di dalam kelas.
BAB III
KESIMPULAN
PAKEM adalah pendekatan pembelajaran, bukan metode atau strategi pembelajaran. Pendekatan dapat dimaknai sebagai cara
pandang terhadap sesuatu, sedangkan metode adalah bagian dari pendekatan. Metode bisa berupa diskusi
kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi, eksperimen,
karyawisata; dan kegiatannya bisa berupa siswa melakukan percobaan, wawancara,
membuat denah, membaca peta, membaca dan menulis ragam teks, dan sebagainya.
Semua ini dilakukan dengan cara mengaktifkan anak, mendorong munculnya
kreativitas, dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan, dan
diharapkan mencapai hasil belajar yang efektif.
Menurut teori Konstruktivisme, belajar adalah proses membangun makna atau
pemahaman dan ini hanya bisa dilakukan kalau siswa aktif (mental dan fisik),
melibatkan semua indera (Suparno, 1997:49). Belajar tidak hanya proses individual,
tetapi juga proses sosial di mana anak dapat saling berinteraksi sehingga
terasah kecerdasan intelektual, emosional, dan sosialnya sekaligus. Pada diri
anak juga ditanamkan bahwa belajar bukan hanya di bangku sekolah, tetapi harus
menjadi kegiatan sepanjang hayat. Melalui kegiatan interaksi dengan
sesama teman, guru, bahan ajar, dan lingkungan, anak dilatih dapat
mengembangkan berpikir kritis dan kreatif.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/29/pakem-adalah-pendekatan-pembelajaran/
http://muhammadnuruddin071644036.blogspot.com/2009/12/konsep-pakem.html
Tugas individual Kajian Prosa Fiksi
Analisis Unsur Intrinsik
Cerpen: Dodolitdodolitdodolitbret
diajukan sebagai bahan penilaian mata kuliah kajian prosa
fiksi
disusun oleh:
Aan
Kurniati
41032121101095/C4
![]() |
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2012-2013
|
KATA PENGANTAR
Rasa puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Sholawat dan salam
semoga tercurah kepada nabi Muhammad Saw. Dengan taufik dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas ini.
Tugas ini menjadi salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah kajian
prosa fiksi , semester 4, dan harapan saya mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua Amin.
Saya sungguh menyadari bahwa dalam tulisan ini mungkin tak dapat
dihindari akan ditemukan kejanggalan, kekeliruan dan kesalahan. Kalau ini
terjadi disebabkan karena ketidak sengajaan atau keterbatasan wawasan saya
sendiri.
Untuk itu, secara terbuka segala teguran, kritik dan koreksi akan saya
terima dengan senang hati, disertai ucapan terimaksih dan pengghargaan yang
mendalam. Hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah saya selalu berserah
diri dan memohon perlindungan.
Bandung, Mei 2012
Dodolitdodolitdodolibret
Cerpen Seno Gumira Ajidarma
Kiplik
sungguh mengerti, betapapun semua itu tentunya hanya dongeng.
“Mana
ada orang bisa berjalan di atas air,” pikirnya.
Namun,
ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin membaca doa, maka ia harus
belajar membaca doa secara benar.
”Bagaimana
mungkin doanya sampai jika kata-katanya salah,” pikir Kiplik, ”karena jika
kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan bertentangan.
Bukankah buku Cara Berdoa yang Benar memang dijual di mana-mana?”
Adapun
dongeng yang didengarnya menyampaikan pesan, betapa siapa pun orangnya yang
berdoa dengan benar, akan mampu berjalan di atas air
Kiplik
memang bisa membayangkan, bagaimana kebesaran jiwa yang dicapai seseorang
setelah mampu membaca doa secara benar, akan membebaskan tubuh seseorang dari
keterikatan duniawi, dan salah satu perwujudannya adalah bisa berjalan di atas
air.
Namun,
ia juga sangat sadar sesadar-sadarnya, pembayangan yang bagaimanapun, betapapun
masuk akalnya, tidaklah harus berarti akan terwujudkan sebagai kenyataan, dalam
pengertian dapat disaksikan dengan mata kepala sendiri.
”Dongeng
itu hanyalah perlambang,” pikirnya, ”untuk menegaskan kebebasan jiwa yang akan
didapatkan siapa pun yang berdoa dengan benar.”
Justru
karena itu, semenjak Kiplik memperdalam ilmu berdoa, kepada siapa pun yang
ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya berdoa dengan benar. Adapun yang
dimaksudnya berdoa dengan benar bukanlah sekadar kata-katanya tidak keliru,
gerakannya tepat, dan waktunya terukur, selain tentu saja perhatiannya
terpusat, melainkan juga dengan kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan
betapa sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi
yang akan lebih benar.
Kebahagiaan
yang telah didapatkannya membuat Kiplik merasa mendapatkan suatu kekayaan tak
ternilai, dan karena itulah kemudian ia pun selalu ingin membaginya. Setiap
kali ia berhasil membagikan kekayaan itu, kebahagiaannya bertambah, sehingga
semakin seringlah Kiplik menemui banyak orang dan mengajarinya cara berdoa yang
benar.
Ternyata
tidak sedikit pula orang percaya dan merasakan kebenaran pendapat Kiplik, bahwa
dengan berdoa secara benar, bukan hanya karena cara-caranya, tetapi juga karena
tahap kejiwaan yang dapat dicapai dengan itu, siapa pun akan mendapatkan
ketenangan dan kemantapan yang lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan.
Demikianlah
akhirnya Kiplik pun dikenal sebagai Guru Kiplik. Mereka yang telah mengalami
bagaimana kebahagiaan itu dapat dicapai dengan berdoa secara benar, merasa
sangat berterima kasih dan banyak di antaranya ingin mengikuti ke mana pun
Kiplik pergi.
”Izinkan
kami mengikutimu Guru, izinkanlah kami mengabdi kepadamu, agar kami dapat
semakin mendalami dan menghayati bagaimana caranya berdoa secara benar,” kata
mereka.
Namun,
Guru Kiplik selalu menolaknya.
”Tidak
ada lagi yang bisa daku ajarkan, selain mencapai kebahagiaan,” katanya, ”dan
apalah yang bisa lebih tinggi dan lebih dalam lagi selain dari mencapai
kebahagiaan?”
Guru
Kiplik bukan semacam manusia yang menganggap dirinya seorang nabi, yang begitu
yakin bisa membawa pengikutnya masuk surga. Ia hanya seperti seseorang yang
ingin membagikan kekayaan batinnya, dan akan merasa bahagia jika orang lain
menjadi berbahagia karenanya.
Demikianlah
Guru Kiplik semakin percaya, bahwa berdoa dengan cara yang benar adalah jalan
mencapai kebahagiaan. Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun
mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara
berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke
gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap
tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan
memperkenalkan cara berdoa yang benar.
Sementara
itu, kadang-kadang Guru Kiplik terpikir juga akan gagasan itu, bahwa mereka
yang berdoa dengan benar akan bisa berjalan di atas air.
”Ah,
itu hanya takhayul,” katanya kepada diri sendiri mengusir gagasan itu.
***
Suatu
ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Kiplik di tepi sebuah danau. Begitu
luasnya danau itu sehingga di tengahnya terdapatlah sebuah pulau. Ia telah
mendengar bahwa di pulau tersebut terdapat orang-orang yang belum pernah
meninggalkan pulau itu sama sekali. Guru Kiplik membayangkan, orang-orang itu
tentunya kemungkinan besar belum mengetahui cara berdoa yang benar, karena
tentunya siapa yang mengajarkannya? Danau itu memang begitu luas, sangat luas,
bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas, seperti lautan saja layaknya,
sehingga Guru Kiplik pun hanya bisa geleng-geleng kepala.
”Danau
seluas lautan,” pikirnya, ”apalagi yang masih bisa kukatakan?”
Maka
disewanya sebuah perahu layar bersama awaknya agar bisa mencapai pulau itu,
yang konon terletak tepat di tengah danau, benar-benar tepat di tengah,
sehingga jika pelayaran itu salah memperkirakan arah, pulau itu tidak akan bisa
ditemukan, karena kedudukannya hanyalah bagaikan noktah di danau seluas lautan.
Tiadalah
usah diceritakan betapa lama dan susah payah perjalanan yang ditempuh Guru
Kiplik. Namun, akhirnya ia pun sampai juga ke pulau tersebut. Ternyatalah bahwa
pulau sebesar noktah itu subur makmur begitu rupa, sehingga penghuninya tiada
perlu berlayar ke mana pun jua agar dapat hidup. Bahkan, para penghuninya itu
juga tidak ingin pergi ke mana pun meski sekadar hanya untuk melihat dunia.
Tidak terdapat satu perahu pun di pulau itu.
”Jangan-jangan
mereka pun mengira, bahwa dunia hanyalah sebatas pulau sebesar noktah di tengah
danau seluas lautan ini,” pikir Guru Kiplik.
Namun,
alangkah terharunya Guru Kiplik setelah diketahuinya bahwa meskipun terpencil
dan terasing, sembilan orang penduduk pulau sebesar noktah itu di samping
bekerja juga tidak putus-putusnya berdoa!
”Tetapi
sayang,” pikir Guru Kiplik, ”mereka berdoa dengan cara yang salah.”
Maka
dengan penuh pengabdian dan perasaan kasih sayang tiada terkira, Guru Kiplik
pun mengajarkan kepada mereka cara berdoa yang benar.
Setelah
beberapa saat lamanya, Guru Kiplik menyadari betapa susahnya mengubah cara
berdoa mereka yang salah itu.
Dengan
segala kesalahan gerak maupun ucapan dalam cara berdoa yang salah tersebut,
demikian pendapat Guru Kiplik, mereka justru seperti berdoa untuk memohon
kutukan bagi diri mereka sendiri!
”Kasihan
sekali jika mereka menjadi terkutuk karena cara berdoa yang salah,” pikir Guru
Kiplik.
Sebenarnya
cara berdoa yang diajarkan Guru Kiplik sederhana sekali, bahkan sebetulnya
setiap kali mereka pun berhasil menirunya, tetapi ketika kemudian mereka berdoa
tanpa tuntunan Guru Kiplik, selalu saja langsung salah lagi.
”Jangan-jangan
setan sendirilah yang selalu menyesatkan mereka dengan cara berdoa yang salah
itu,” pikir Guru Kiplik, lagi.
Guru
Kiplik hampir-hampir saja merasa putus asa. Namun, setelah melalui masa
kesabaran yang luar biasa, akhirnya sembilan orang itu berhasil juga berdoa
dengan cara yang benar.
Saat
itulah Guru Kiplik merasa sudah tiba waktunya untuk pamit dan melanjutkan
perjalanannya. Di atas perahu layarnya Guru Kiplik merasa bersyukur telah
berhasil mengajarkan cara berdoa yang benar.
”Syukurlah
mereka terhindar dari kutukan yang tidak dengan sengaja mereka undang,” katanya
kepada para awak perahu.
Pada
saat waktu untuk berdoa tiba, Guru Kiplik pun berdoa di atas perahu dengan cara
yang benar.
Baru
saja selesai berdoa, salah satu dari awak perahunya berteriak.
”Guru!
Lihat!”
Guru
Kiplik pun menoleh ke arah yang ditunjuknya. Alangkah terkejutnya Guru Kiplik
melihat sembilan orang penghuni pulau tampak datang berlari-lari di atas air!
Guru
Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah
sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang
benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar bagaikan
tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi
bahkan berlari-lari di atas air?
Sembilan
orang penghuni pulau terpencil itu berlari cepat sekali di atas air, mendekati
perahu sambil berteriak-teriak.
”Guru!
Guru! Tolonglah kembali Guru! Kami lupa lagi bagaimana cara berdoa yang benar!”
Ubud, Oktober 2009 /
Kampung Utan, Agustus 2010.
Tabel Analisis Tema, Alur, Tokoh/penokohan, Latar,
Sudut Pandang dan Gaya Bahasa.
|
Identifikasi
|
Analisis
|
Deskripsi
|
Cuplikan Cerpen
|
Penafsiran/
Ulasan
|
Kesimpulan
|
|
TEMA
|
..Justru karena itu, semenjak Kiplik memperdalam ilmu berdoa, kepada
siapa pun yang ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya berdoa dengan
benar. Adapun yang dimaksudnya berdoa dengan benar bukanlah sekadar
kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, dan waktunya terukur, selain
tentu saja perhatiannya terpusat, melainkan juga dengan kepercayaan yang
mendalam dan tak tergoyahkan betapa sedang melakukan sesuatu yang benar,
sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar…
|
Lewat
cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret” kita akan dihadapkan pada kenyataan, jangan
selalu menganggap keyakinan kita paling benar.
versi penulis atas berbagai cerita serupa, dengan latar belakang
berbagai agama di muka bumi.
|
TEMA : keyakinan perlu dipertahankan, tetapi jangan menganggap diri sendiri paling
benar.
|
ALUR
|
Pengenalan: ..Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun
mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara
berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke
gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap
tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan
memperkenalkan cara berdoa yang benar…
|
Cerpen ini dimulai dengan seorang kiplik yang mempelajari cara berdo’a yang
benar dan mengajarkannya kepada orang lain dari tempat yang satu ketempat
lain.
|
ALUR: maju
|
TOKOH
PENOKOHAN
|
T1: ... Kebahagiaan yang telah didapatkannya membuat Kiplik
merasa mendapatkan suatu kekayaan tak ternilai, dan karena itulah kemudian ia
pun selalu ingin membaginya. Setiap kali ia berhasil membagikan kekayaan itu,
kebahagiaannya bertambah, sehingga semakin seringlah Kiplik menemui banyak
orang dan mengajarinya cara berdoa yang benar.
|
Tokoh yang
mendukung cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret”tersebut adalah :
a. Kiplik: Merupakan tokoh utama
dalam cerpen ini yang berperan menjadi seorang guru yang ingin selalu
mengajarkan cara berdo’a yang benar akan mendapatkan kebahagiaan.
|
a. kiplik: seorang guru yang
baik,yang ingin membagi ilmunya dengan orang lain.
|
LATAR
|
..Demikianlah Guru
Kiplik semakin percaya, bahwa berdoa dengan cara yang benar adalah jalan
mencapai kebahagiaan. Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun
mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara
berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke
gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap
tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan
memperkenalkan cara berdoa yang benar…
…Maka disewanya sebuah perahu layar bersama awaknya agar bisa mencapai
pulau itu, yang konon terletak tepat di tengah danau, benar-benar tepat di
tengah, sehingga jika pelayaran itu salah memperkirakan arah, pulau itu tidak
akan bisa ditemukan, karena kedudukannya hanyalah bagaikan noktah di danau
seluas lautan…
|
Latar cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret”,
baik latar tempat dan latar waktu, sangat cocok dan mendukung tema. Latar
tempat pada cerpen ini menggambarkan suatu keadaan mengembara untuk
menyampaikan pendapat tersebut yaitu dari kampung ke kampung, dari kota ke
kota, dari lembah kegunung,dari sungai kelaut, sampai ke negri yang jauh.
|
LATAR
TEMPAT:
·
kampung
·
kota
·
sungai
·
laut
·
lembah
·
gunung
·
negeri yang jauh
·
perahu layar
·
danau seluas lautan
sosial:
Peristiwa dalam cerpen “Dodolit dodolit dodolitbret”
Menggambarkan pengembaraan kiplik
mengajarkan bagaimana cara berdo’a yang benar untuk mencapai kebahagiaan.
|
SUDUT
PANDANG
|
Kiplik sungguh mengerti, betapapun semua itu tentunya hanya dongeng.
“Mana ada orang bisa berjalan di atas air,” pikirnya.
Namun, ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin membaca doa, maka
ia harus belajar membaca doa secara benar.
”Bagaimana mungkin doanya sampai jika kata-katanya salah,” pikir Kiplik,
”karena jika kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan
bertentangan. Bukankah buku Cara Berdoa yang Benar memang dijual di
mana-mana?”……….
|
Penyebutan nama tokoh yang ditampilkan dalam cerpen
merupakan gambaran penyudut pandangan dengan menggunakan Sudut Pandang
Persona ketiga: “dia”
|
SUDUT PANDANG
Persona ketiga: “dia”
|
GAYA BAHASA
|
….Suatu
ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Kiplik di tepi sebuah danau. Begitu
luasnya danau itu sehingga di tengahnya terdapatlah sebuah pulau….
…Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga.
Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara
berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat
benar bagaikan tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya
berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air?...
|
Bahasa yang digunakan dalam
cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah
kalimat-kalimat sederhana dengan susunan yang baik.
Walaupun demikian sebuah karya
fiksi tak lepas dari gaya bahasa yang mengandung makna-makna kias/konotatif
begitupun dengan cerpen ini antara lain:
·
”Danau seluas lautan,” maksudnya danau yang sangat luas sekali.
·
Danau itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa
lebih luas. Maksudnya Sesuatu tersebut tidak ada lagi bandingannya.
o Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan
mulutnya menganga. Maksudnya guru kiplik merasa sangat heran terkejut sekali
ketika melihat muridnya bisa berlari di atas air.
|
GAYA BAHASA
BAHASA KIAS/SIMBOL:
·
”Danau seluas lautan,”
·
Danau itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa
lebih luas
·
Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga.
|