Kamis, 05 Juli 2012

Tugas Individual Pembelajaran menulis




Model Pakem dalam pembelajaran menulis

Diajukan sebagai  bahan penilaian mata kuliah pembelajaran menulis
Yang diampu oleh  Hj.Isna Sulastri, Dra., MPd.


disusun oleh:
Aan Kurniati: 41032121101095/ C4








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
TAHUN 2012-2013






KATA PENGANTAR

        Rasa puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad Saw. Dengan taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini.
        Tugas ini menjadi salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah pembelajaran menulis , semester 4, dan harapan saya mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua Amin.
        Saya sungguh menyadari bahwa dalam tulisan ini mungkin tak dapat dihindari akan ditemukan kejanggalan, kekeliruan dan kesalahan. Kalau ini terjadi disebabkan karena ketidak sengajaan atau keterbatasan wawasan saya sendiri.
        Untuk itu, secara terbuka segala teguran, kritik dan koreksi akan saya terima dengan senang hati, disertai ucapan terimaksih dan pengghargaan yang mendalam. Hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah saya selalu berserah diri dan memohon perlindungan.
                                          
                                                                                             Bandung, Mei 2012






BAB I
                             PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
         PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAKEM di kelasnya.
PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
PAKEM kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif berarti dalam proses pembelajaran Kreatif berarti Efektif berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menyenangkan berarti suasana dalam KBM
Dari kepanjangannya PAKEM mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran yaitu Aktif, Kreatif , Efektif, Menyenangkan.
A. Aktif.
Ciri aktif dalam PAKEM berarti dalam pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru terlibat secara aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya.
B. Kreatif
Kreatif merupakan ciri ke-2 dari PAKEM yang artinya pembelajaran yang membangun kreativitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama siswa lainnya terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya.Gurupun dituntut untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Guru diharapkan mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
C. Efektif
Ciri ketiga pembelajaran PAKEM adalah efektif . Maksudnya pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Menyenangkan
Menyenangkan merupakan ciri ke empat dari PAKEM dengan maksud pembelajaran dirancang untuk menciptakan suasana yang menyenangkan. Menyenangkan berarti tidak membelenggu, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran, dengan demikian waktu untuk mencurahkan perhatian (time of task) siswa menjadi tinggi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Sehubungan dengan ciri menyenangkan dalam PAKEM, Rose and Nocholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namum harapan untuk sukses tetap tinggi.
        Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar. Demikian Rose dan Nicholl.
Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat,waktu rehat dan jeda teratur serta dukungan antusias.
       Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Dari uraian singkat tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif dan menyenangkan (PAKEM), dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan harus diwujudkan di kelas karena dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permasalahannya adalah bagaimana kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana kelas agar siswa belajar, yang pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun makna baru dari dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Siswa sebagai subjek belajar tidak mengkonsumsi gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang diantaranya dapat menggunakan model pembelajaran.


B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan model pakem dalam pembelajaran menulis?
2.      Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pakem?



C.   TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian model pakem dalam pembelajaran menulis
2.      Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pakem?


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
1.      PENGERTIAN MODEL PAKEM DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
       Rachmawati (2007:1) menyatakan pakem adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik megerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkn keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Sementara itu, Sudrajat (2009:1) menyatakan PAKEM adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas dalam mengembangkan pemahaman belajar melalui kegiatan berbuat”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pakem merupakan model pembelajaran yang menyenangkan, karena siswa lebih aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru merupakan subyek yang membantu siswa dalam belajar.

           Dalam prosesnya, pakem juga memiliki prinsip, seperti yang diungkap oleh Rachmawati (2007) juga menerangkan prinsip PAKEM diantaranya:
(1) mengalami, yaitu siswa terlibat aktif baik fisik, mental, maupun     emosional,
(2) komunikasi, yaitu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan siswa
(3) interaksi, yaitu kegiatan pembelajaran interaksi multi arah
(4) refleksi, yaitu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa memikirkan kembali apa yang ia lakukan.

       Pembelajaran pakem dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis deskripsi. Sudrajat, (2009: 3) menerangkan bahwa model pakem dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk berbuat sesuatu yang menyenangkan di dalam pembelajaran, sehingga model pakem  berfungsi meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, model pakem sangat mendukung pembelajaran menulis untuk menambah semangat siswa dalam belajar.

       Model pakem memiliki  prinsip. Menurut Sudrajat (2009:1) menyatakan, secara garis besar ciri-ciri pakem adalah:
(1) peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat,
 (2) guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan dan cocok bagi peserta didik,
(3) guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”
(4) guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok,
(5) guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah untuk diungkap gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. pakem menuntut siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran, karena dengan siswa aktif dan mengalami sendiri, diharapkan akan lebih banyak menambah pengetahuan siswa.



2.      LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PAKEM
       Dalam melaksanakan model pakem dalam pembelajaran sebelumnya perlu diketahui tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pakem. Hal-hal tersebut telah diungkap oleh Sudrajat (2009:2) sebagai berikut:
 (1) memahami sifat yang dimiliki anak,
(2) mengenal anak secara perorangan,
 (3) memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar,
(4) mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan  memecahkan  masalah,
(5) mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang       menarik,
(6) memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,
(7) memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar,
(8) membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dengan ini, diharapkan guru mampu melaksanakan model pakem dengan tepat dan sesuai.

       Pelaksanaan pakem dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Pembelajaran pakem banyak menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti aktif secara fisik yaitu siswa mampu bergerak untuk mengekspresikan dirinya dalam mengikuti pelajaran, Aktif secara mental, adalah siswa bebas mengekspresikan dirinya dan bebas mengungkapkan pendapatnya tentang sebuah teori yang dipelajarinya.

   
   Proses Pakem adalah proses pelaksanaan pembelajaran yang menekankan tentang prinsip pakem. Uraian prinsip PAKEM adalah sebagai berikut:


1. Mendengarkan pendapat siswa
       Setiap siswa memiliki karakter dan keinginan yang berbeda, karena itu apa yang diinginkan siswa harus didengarkan.       Mendengarkan apa yang diinginkan siswa dan menanggapinya adalah merupakan sebuah penghargaan terhadap siswa.


2. Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
       Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah sumber belajar yang telah dialami oleh siswa seperti kunjungan belajar, peristiwa yang dialami oleh siswa, dan lingkungan sekitarnya. Sumber belajar lainnya adalah berupa buku paket, buku penunjang ataupun media pembelajaran lainnya yang relevan. Guru dalam model pakem tidak boleh menganggap buku paket adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena pengalaman siswa itu sendiri merupakan sumber belajar yang utama dan mampu menambah pengalaman siswa secara lebih awet dalam ingatannya.



3. Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu
       Guru hendaknya menumbuhkan minat siswa untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru memancing ide-ide siswa dalam mendeskripsikan dengan bantuan gambar-gambar yang menarik minat belajar siswa. Hal ini juga digunakan untuk melatih siswa berani dalam mengungkapkan keinginan atau idenya kepada guru dan siswa lain.


4. Memberikan pertanyaan terbuka, menantang dan produktif
       Memberikan pertanyaan yang dapat menambah keingintahuan siswa untuk belajar lebih lanjut. Pertanyaan terbuka dan menantang dapat didukung dengan topik-topik yang dapat menggugah minat siswa dalam menulis karangan. Gambar-gambar yang menantang adalah gambar yang mampu dibuat sebagai karangan yang hidup yang dapat disesuaikan dengan pengalaman siswa.


5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk publikasi
       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membanggakan hasil karyanya dengan mempublikasikannya di depan kelas, bisa dengan membaca keras di depan kelas atau memajangnya di papan pajangan yang terletak di kelas. Hal ini dapat menambah percaya diri siswa dalam berbagai hal yang dilakukannya dalam pembelajaran, bisa juga mebuat siswa lebih berani dalam mengungkapkan keinginannya, pendapatnya, serta mampu menjadikan siswa lebih produktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

       Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pakem yaitu dengan menggali keaktifan siswa dalam mengungkapkan ide ataupun kreatifitas siswa dalam semua aspek kebahasaan. Dalam penelitian ini pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada aspek kebahasaan menulis. Dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membuat karangan deskripsi. Karangan deskripsi menuntut siswa untuk menerangkan suatu keadaan berdasarkan gambar yang ada. Pembelajaran pakem dalam mata pelajaran bahasa Indonesia membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide cerita sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh guru.

       Pembelajaran menulis dengan menggunakan model pakem adalah pembelajaran menulis yang mengajak siswa untuk mendeskripsikan gambar dengan suasana yang menyenangkan, menambah kreativitas siswa, dan mengajak siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya terlihat pada aktif geraknya, namun aktif juga ditujukan pada aktifnya keinginan siswa untuk menjawab soal, untuk menanyakan tentang materi, hal inilah yang dimaksud dengan aktif afektifnya. Pada pembelajaran pakem ini, siswa akan merasa lebih tenang di dalam kelas, dia merasa betah di dalam kelas.








BAB III
KESIMPULAN

      PAKEM adalah pendekatan pembelajaran, bukan metode atau strategi pembelajaran. Pendekatan dapat dimaknai sebagai cara pandang terhadap sesuatu, sedangkan metode adalah bagian dari pendekatan. Metode bisa berupa diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi, eksperimen, karyawisata; dan kegiatannya bisa berupa siswa melakukan percobaan, wawancara, membuat denah, membaca peta, membaca dan menulis ragam teks, dan sebagainya. Semua ini dilakukan dengan cara mengaktifkan anak, mendorong munculnya kreativitas, dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan, dan diharapkan mencapai hasil belajar yang efektif.
       Menurut teori Konstruktivisme, belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman dan ini hanya bisa dilakukan kalau siswa aktif (mental dan fisik), melibatkan semua indera (Suparno, 1997:49). Belajar tidak hanya proses individual, tetapi juga proses sosial di mana anak dapat saling berinteraksi  sehingga terasah kecerdasan intelektual, emosional, dan sosialnya sekaligus. Pada diri anak juga ditanamkan bahwa belajar bukan hanya di bangku sekolah, tetapi harus menjadi kegiatan sepanjang hayat.  Melalui kegiatan interaksi dengan sesama teman, guru, bahan ajar, dan lingkungan, anak dilatih dapat mengembangkan berpikir kritis dan kreatif.






DAFTAR PUSTAKA
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/29/pakem-adalah-pendekatan-pembelajaran/
http://muhammadnuruddin071644036.blogspot.com/2009/12/konsep-pakem.html









 Tugas individual Kajian Prosa Fiksi




Analisis Unsur Intrinsik
Cerpen: Dodolitdodolitdodolitbret
  diajukan sebagai  bahan penilaian mata kuliah kajian prosa fiksi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv7gxRhkWo4K-iYTnQ0utmiDrYlTaRfxKUoN7WcSNI-hqVAK1Em2nVPqF8Te4v0xVqB_vblI2gg6OP2CHELgOsyBtOh1Fu5sD2HcSCd7M2ILe9mj2m88-_hP1hY8Kz977PDRdRqBrBHoxF/s1600/dodolit.jpg

                                                     disusun oleh:
Aan  Kurniati
41032121101095/C4




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2012-2013


                       KATA PENGANTAR

        Rasa puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad Saw. Dengan taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini.
        Tugas ini menjadi salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah kajian prosa fiksi , semester 4, dan harapan saya mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua Amin.
        Saya sungguh menyadari bahwa dalam tulisan ini mungkin tak dapat dihindari akan ditemukan kejanggalan, kekeliruan dan kesalahan. Kalau ini terjadi disebabkan karena ketidak sengajaan atau keterbatasan wawasan saya sendiri.
        Untuk itu, secara terbuka segala teguran, kritik dan koreksi akan saya terima dengan senang hati, disertai ucapan terimaksih dan pengghargaan yang mendalam. Hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah saya selalu berserah diri dan memohon perlindungan.
                                          
                                                                                             Bandung, Mei 2012







Dodolitdodolitdodolibret
Cerpen Seno Gumira Ajidarma

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv7gxRhkWo4K-iYTnQ0utmiDrYlTaRfxKUoN7WcSNI-hqVAK1Em2nVPqF8Te4v0xVqB_vblI2gg6OP2CHELgOsyBtOh1Fu5sD2HcSCd7M2ILe9mj2m88-_hP1hY8Kz977PDRdRqBrBHoxF/s1600/dodolit.jpg

Kiplik sungguh mengerti, betapapun semua itu tentunya hanya dongeng.

“Mana ada orang bisa berjalan di atas air,” pikirnya.

Namun, ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin membaca doa, maka ia harus belajar membaca doa secara benar.

”Bagaimana mungkin doanya sampai jika kata-katanya salah,” pikir Kiplik, ”karena jika kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan bertentangan. Bukankah buku Cara Berdoa yang Benar memang dijual di mana-mana?”

Adapun dongeng yang didengarnya menyampaikan pesan, betapa siapa pun orangnya yang berdoa dengan benar, akan mampu berjalan di atas air

Kiplik memang bisa membayangkan, bagaimana kebesaran jiwa yang dicapai seseorang setelah mampu membaca doa secara benar, akan membebaskan tubuh seseorang dari keterikatan duniawi, dan salah satu perwujudannya adalah bisa berjalan di atas air.

Namun, ia juga sangat sadar sesadar-sadarnya, pembayangan yang bagaimanapun, betapapun masuk akalnya, tidaklah harus berarti akan terwujudkan sebagai kenyataan, dalam pengertian dapat disaksikan dengan mata kepala sendiri.

”Dongeng itu hanyalah perlambang,” pikirnya, ”untuk menegaskan kebebasan jiwa yang akan didapatkan siapa pun yang berdoa dengan benar.”

Justru karena itu, semenjak Kiplik memperdalam ilmu berdoa, kepada siapa pun yang ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya berdoa dengan benar. Adapun yang dimaksudnya berdoa dengan benar bukanlah sekadar kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, dan waktunya terukur, selain tentu saja perhatiannya terpusat, melainkan juga dengan kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan betapa sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar.

Kebahagiaan yang telah didapatkannya membuat Kiplik merasa mendapatkan suatu kekayaan tak ternilai, dan karena itulah kemudian ia pun selalu ingin membaginya. Setiap kali ia berhasil membagikan kekayaan itu, kebahagiaannya bertambah, sehingga semakin seringlah Kiplik menemui banyak orang dan mengajarinya cara berdoa yang benar.

Ternyata tidak sedikit pula orang percaya dan merasakan kebenaran pendapat Kiplik, bahwa dengan berdoa secara benar, bukan hanya karena cara-caranya, tetapi juga karena tahap kejiwaan yang dapat dicapai dengan itu, siapa pun akan mendapatkan ketenangan dan kemantapan yang lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan.

Demikianlah akhirnya Kiplik pun dikenal sebagai Guru Kiplik. Mereka yang telah mengalami bagaimana kebahagiaan itu dapat dicapai dengan berdoa secara benar, merasa sangat berterima kasih dan banyak di antaranya ingin mengikuti ke mana pun Kiplik pergi.

”Izinkan kami mengikutimu Guru, izinkanlah kami mengabdi kepadamu, agar kami dapat semakin mendalami dan menghayati bagaimana caranya berdoa secara benar,” kata mereka.

Namun, Guru Kiplik selalu menolaknya.

”Tidak ada lagi yang bisa daku ajarkan, selain mencapai kebahagiaan,” katanya, ”dan apalah yang bisa lebih tinggi dan lebih dalam lagi selain dari mencapai kebahagiaan?”

Guru Kiplik bukan semacam manusia yang menganggap dirinya seorang nabi, yang begitu yakin bisa membawa pengikutnya masuk surga. Ia hanya seperti seseorang yang ingin membagikan kekayaan batinnya, dan akan merasa bahagia jika orang lain menjadi berbahagia karenanya.

Demikianlah Guru Kiplik semakin percaya, bahwa berdoa dengan cara yang benar adalah jalan mencapai kebahagiaan. Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan memperkenalkan cara berdoa yang benar.
Sementara itu, kadang-kadang Guru Kiplik terpikir juga akan gagasan itu, bahwa mereka yang berdoa dengan benar akan bisa berjalan di atas air.

”Ah, itu hanya takhayul,” katanya kepada diri sendiri mengusir gagasan itu.

***

Suatu ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Kiplik di tepi sebuah danau. Begitu luasnya danau itu sehingga di tengahnya terdapatlah sebuah pulau. Ia telah mendengar bahwa di pulau tersebut terdapat orang-orang yang belum pernah meninggalkan pulau itu sama sekali. Guru Kiplik membayangkan, orang-orang itu tentunya kemungkinan besar belum mengetahui cara berdoa yang benar, karena tentunya siapa yang mengajarkannya? Danau itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas, seperti lautan saja layaknya, sehingga Guru Kiplik pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

”Danau seluas lautan,” pikirnya, ”apalagi yang masih bisa kukatakan?”

Maka disewanya sebuah perahu layar bersama awaknya agar bisa mencapai pulau itu, yang konon terletak tepat di tengah danau, benar-benar tepat di tengah, sehingga jika pelayaran itu salah memperkirakan arah, pulau itu tidak akan bisa ditemukan, karena kedudukannya hanyalah bagaikan noktah di danau seluas lautan.
Tiadalah usah diceritakan betapa lama dan susah payah perjalanan yang ditempuh Guru Kiplik. Namun, akhirnya ia pun sampai juga ke pulau tersebut. Ternyatalah bahwa pulau sebesar noktah itu subur makmur begitu rupa, sehingga penghuninya tiada perlu berlayar ke mana pun jua agar dapat hidup. Bahkan, para penghuninya itu juga tidak ingin pergi ke mana pun meski sekadar hanya untuk melihat dunia. Tidak terdapat satu perahu pun di pulau itu.

”Jangan-jangan mereka pun mengira, bahwa dunia hanyalah sebatas pulau sebesar noktah di tengah danau seluas lautan ini,” pikir Guru Kiplik.

Namun, alangkah terharunya Guru Kiplik setelah diketahuinya bahwa meskipun terpencil dan terasing, sembilan orang penduduk pulau sebesar noktah itu di samping bekerja juga tidak putus-putusnya berdoa!
”Tetapi sayang,” pikir Guru Kiplik, ”mereka berdoa dengan cara yang salah.”

Maka dengan penuh pengabdian dan perasaan kasih sayang tiada terkira, Guru Kiplik pun mengajarkan kepada mereka cara berdoa yang benar.

Setelah beberapa saat lamanya, Guru Kiplik menyadari betapa susahnya mengubah cara berdoa mereka yang salah itu.

Dengan segala kesalahan gerak maupun ucapan dalam cara berdoa yang salah tersebut, demikian pendapat Guru Kiplik, mereka justru seperti berdoa untuk memohon kutukan bagi diri mereka sendiri!

”Kasihan sekali jika mereka menjadi terkutuk karena cara berdoa yang salah,” pikir Guru Kiplik.
Sebenarnya cara berdoa yang diajarkan Guru Kiplik sederhana sekali, bahkan sebetulnya setiap kali mereka pun berhasil menirunya, tetapi ketika kemudian mereka berdoa tanpa tuntunan Guru Kiplik, selalu saja langsung salah lagi.

”Jangan-jangan setan sendirilah yang selalu menyesatkan mereka dengan cara berdoa yang salah itu,” pikir Guru Kiplik, lagi.

Guru Kiplik hampir-hampir saja merasa putus asa. Namun, setelah melalui masa kesabaran yang luar biasa, akhirnya sembilan orang itu berhasil juga berdoa dengan cara yang benar.

Saat itulah Guru Kiplik merasa sudah tiba waktunya untuk pamit dan melanjutkan perjalanannya. Di atas perahu layarnya Guru Kiplik merasa bersyukur telah berhasil mengajarkan cara berdoa yang benar.
”Syukurlah mereka terhindar dari kutukan yang tidak dengan sengaja mereka undang,” katanya kepada para awak perahu.

Pada saat waktu untuk berdoa tiba, Guru Kiplik pun berdoa di atas perahu dengan cara yang benar.

Baru saja selesai berdoa, salah satu dari awak perahunya berteriak.

”Guru! Lihat!”

Guru Kiplik pun menoleh ke arah yang ditunjuknya. Alangkah terkejutnya Guru Kiplik melihat sembilan orang penghuni pulau tampak datang berlari-lari di atas air!

Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar bagaikan tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air?

Sembilan orang penghuni pulau terpencil itu berlari cepat sekali di atas air, mendekati perahu sambil berteriak-teriak.

”Guru! Guru! Tolonglah kembali Guru! Kami lupa lagi bagaimana cara berdoa yang benar!”



Ubud, Oktober 2009 /
Kampung Utan, Agustus 2010.









Tabel Analisis Tema, Alur, Tokoh/penokohan, Latar, Sudut Pandang dan Gaya Bahasa.

Identifikasi
Analisis
Deskripsi
Cuplikan Cerpen
Penafsiran/
Ulasan
Kesimpulan
TEMA
..Justru karena itu, semenjak Kiplik memperdalam ilmu berdoa, kepada siapa pun yang ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya berdoa dengan benar. Adapun yang dimaksudnya berdoa dengan benar bukanlah sekadar kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, dan waktunya terukur, selain tentu saja perhatiannya terpusat, melainkan juga dengan kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan betapa sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar…

      Lewat cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret” kita akan dihadapkan pada kenyataan, jangan selalu menganggap keyakinan kita paling benar.
      versi penulis atas berbagai cerita serupa, dengan latar belakang berbagai agama di muka bumi.


TEMA : keyakinan perlu dipertahankan, tetapi jangan menganggap diri sendiri paling benar.
ALUR
Pengenalan: ..Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan memperkenalkan cara berdoa yang benar…

Cerpen ini dimulai dengan seorang  kiplik yang mempelajari cara berdo’a yang benar dan mengajarkannya kepada orang lain dari tempat yang satu ketempat lain.
ALUR: maju
TOKOH
PENOKOHAN
T1: ... Kebahagiaan yang telah didapatkannya membuat Kiplik merasa mendapatkan suatu kekayaan tak ternilai, dan karena itulah kemudian ia pun selalu ingin membaginya. Setiap kali ia berhasil membagikan kekayaan itu, kebahagiaannya bertambah, sehingga semakin seringlah Kiplik menemui banyak orang dan mengajarinya cara berdoa yang benar.



 Tokoh yang mendukung cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret”tersebut adalah :
a. Kiplik: Merupakan tokoh utama dalam cerpen ini yang berperan menjadi seorang guru yang ingin selalu mengajarkan cara berdo’a yang benar akan mendapatkan kebahagiaan.

a. kiplik: seorang guru yang baik,yang ingin membagi ilmunya dengan orang  lain.

LATAR
..Demikianlah Guru Kiplik semakin percaya, bahwa berdoa dengan cara yang benar adalah jalan mencapai kebahagiaan. Dari satu tempat ke tempat lain Guru Kiplik pun mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara berdoa yang benar. Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan memperkenalkan cara berdoa yang benar…
…Maka disewanya sebuah perahu layar bersama awaknya agar bisa mencapai pulau itu, yang konon terletak tepat di tengah danau, benar-benar tepat di tengah, sehingga jika pelayaran itu salah memperkirakan arah, pulau itu tidak akan bisa ditemukan, karena kedudukannya hanyalah bagaikan noktah di danau seluas lautan…
Latar cerpen “Dodolitdodolitdodolitbret”, baik latar tempat dan latar waktu, sangat cocok dan mendukung tema. Latar tempat pada cerpen ini menggambarkan suatu keadaan mengembara untuk menyampaikan pendapat tersebut yaitu dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah kegunung,dari sungai kelaut, sampai ke negri yang jauh.  
LATAR

TEMPAT:
·       kampung
·       kota
·       sungai
·       laut
·       lembah
·       gunung
·       negeri yang jauh
·       perahu layar
·       danau seluas lautan
sosial:
Peristiwa dalam cerpen “Dodolit dodolit dodolitbret
Menggambarkan pengembaraan kiplik mengajarkan bagaimana cara berdo’a yang benar untuk mencapai kebahagiaan.

SUDUT PANDANG
Kiplik sungguh mengerti, betapapun semua itu tentunya hanya dongeng.

“Mana ada orang bisa berjalan di atas air,” pikirnya.

Namun, ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin membaca doa, maka ia harus belajar membaca doa secara benar.

”Bagaimana mungkin doanya sampai jika kata-katanya salah,” pikir Kiplik, ”karena jika kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan bertentangan. Bukankah buku Cara Berdoa yang Benar memang dijual di mana-mana?”……….


Penyebutan nama tokoh yang ditampilkan dalam cerpen merupakan gambaran penyudut pandangan dengan menggunakan Sudut Pandang Persona ketiga: “dia”

SUDUT PANDANG
Persona ketiga: “dia”

GAYA BAHASA
….Suatu ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Kiplik di tepi sebuah danau. Begitu luasnya danau itu sehingga di tengahnya terdapatlah sebuah pulau….

…Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar bagaikan tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air?...


Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat sederhana dengan susunan yang baik.
Walaupun demikian sebuah karya fiksi tak lepas dari gaya bahasa yang mengandung makna-makna kias/konotatif begitupun dengan cerpen ini antara lain:
·                    ”Danau seluas lautan,” maksudnya danau yang sangat luas sekali.
·                    Danau itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas. Maksudnya Sesuatu tersebut tidak ada lagi bandingannya.
o  Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Maksudnya guru kiplik merasa sangat heran terkejut sekali ketika melihat muridnya bisa berlari di atas air.
GAYA BAHASA
BAHASA KIAS/SIMBOL:
·                    ”Danau seluas lautan,”
·                    Danau itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas
·                    Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga.