Rabu, 04 Juli 2012

Tugas kelompok kajian prosa fiksi


Analisis Unsur Intrinsik
Cerpen: Kartu Pos dari Surga (Agus Noor)
dengan Pendekatan Struktural Burhan Nurgiyantoro
        
                                                                                                                                                    
diajukan sebagai  bahan penilaian mata kuliah kajian prosa fiksi  yang diampu oleh 
Hj.Isna Sulastri, Dra., MPd.

disusun oleh:
Eka Susilawati: 41032121101002
Aan Kurniati: 41032121101095
Erliyani Sugiarti Utami: 41032121112021






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2012-2013












 
PENGANTAR

Segala Puji hanyalah milik Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada teladan umat manusia, Panglima para Syuhada serta Imam para Ulama, Nabi Muhammad SAW.
Mahasuci Allah yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan yang berarti.
Penulis menyadari meskipun dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, namun Penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya tugas ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dibuat sebagai bahan penilaian tugas kelompok Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan, khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang memerlukan.


Penulis



DAFTAR ISI

PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..............................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................            1
1.1  Latar belakang masalah ......................................................................... 1
1.2  Pembatasan masalah .............................................................................. 2
1.3  Perumusan masalah ................................................................................2
1.4  Tujuan analisis ....................................................................................... 2
1.5  Manfaat analisis ..................................................................................... 3
1.6  Sistematika penulisan ............................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 4
2.1 Hakikat prosa fiksi ................................................................................. 4
2.2 Pendekatan struktural Burhan Nurgiyantoro ......................................... 4
2.2.1 Tema .............................................................................................. 5
2.2.2 Pemplotan/alur ............................................................................... 5
2.2.3 Tokoh dan penokohan .................................................................... 6
2.2.4 Pelataran ......................................................................................... 7
2.2.5 Penyudutpandangan ....................................................................... 8
2.2.6 Bahasa ............................................................................................ 9
BAB III METODE ANALISIS....................................................................            10
3.1 Objek analisis ......................................................................................... 10
3.2 Sumber data ............................................................................................ 14
3.3 Teknik pengumpulan data ....................................................................... 14
3.4 Teknik pengolahan data ........................................................................ 14
3.5 Teknik penyimpulan data ...................................................................... 15
BAB IV ANALISIS STRUKTURAL ......................................................... 16
BABV PENUTUP ....................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 23
5.2 Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26

















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah

Memaknai sebuah karya sastra memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Hal ini menjadi alasan terberat untuk menjawab kenapa sastra kurang diminati orang sebagai bacaan sehari-hari atau paling tidak teman untuk menyantap kopi di pagi hari, seperti koran, majalah atau bacaan ringan lainnya. Selain itu, sulitnya memaknai sebuah karya sastra juga berdampak pada kurangnya penelitian-penelitian terhadap karya sastra itu sendiri. Karya sastra dewasa ini semakin memisahkan diri dari kehidupan masyarakat umum. Hanya golongan kecil saja yang akrab dengan karya sastra, seperti golongan sastrawan, budayawan, pengamat dan kritikus sastra.
Hal yang paling dasar yang dapat dilakukan oleh siapapun untuk membedah makna suatu karya sastra adalah dengan cara “menganalisis unsur-unsur pembangunnya” lebih lanjut daripada itu dapat dilakukan kajian-kajian terhadap karya sastra dari berbagai sudut pandangan.
Pengkajian terhadap karya fiksi berarti menelaah, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra, khususnya fiksi, pada umumnya kegiatan itu disertai oleh kerja analisis. Istilah analisis, misalnya analisis karya fiksi, menyaran pada pengertian pengertian mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentuknya tersebut, yaitu yang berupa unsur-unsur intrinsiknya. (Burhan Nurgiyantoro, 2010:30)
Karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. (Burhan Nurgiyantoro, 2010:23)
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik mengangkat hal paling dasar untuk membedah makna sebuah karya sastra yaitu dengan “menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra” yang dalam hal ini dikhususkan pada “analisis unsur intrinsik” dengan memilih pisau analisis pada pendekatan struktural Burhan Nurgiyantoro.
Adapun karya sastra yang dipilih disesuaikan dengan penugasan dari dosen bersangkutan yaitu analisis pada cerpen. Cerpen yang dipilih penulis adalah cerpen karya Agus Noor berjudul “Kartu Pos dari Surga”. Beberapa alasan pemilihan cerpen berjudul “Kartu Pos dari Surga” antara lain:
1.      Cerpen tersebut pernah meraih anugerah sastra pena kencana yaitu 20 cerpen terbaik 2009.
2.      Bahasa yang digunakan mudah dicerna berbagai kalangan.
3.      Mengingatkan kita pada tragedi yang sedang hangat diberitakan yaitu jatuhnya pesawat Sukhoi.
4.      Cerpen terlahir dari cerpenis yang tak asing lagi yaitu Agus Noor

Berdasarkan uraian di atas, penulis  akan mengambil judul: Analisis Unsur Intrinsik Cerpen: Kartu Pos dari Surga (Agus Noor) dengan Pendekatan Struktural Burhan Nurgiyantoro”
1.2 Pembatasan Masalah
Pada analisis ini masalah akan dibatasi pada struktur cerpen Kartu Pos dari Surga yang akan dianalisis meliputi: unsur intrinsik yaitu tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa .
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam makalah ini adalah Bagaimanakah struktur intrinsik cerpen Kartu Pos dari Surga ?
1.4 Tujuan Analisis
Tujuan dalam penganalisisan ini adalah sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan struktur cerpen Kartu Pos dari Surga yang meliputi: tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa.
2.      Memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. (Burhan Nurgiyantoro, 2010:37)
1.5 Manfaat Analisis
Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Secara teoretis, analisis ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah analisis Sastra Indonesia khususnya dalam hal studi analisis cerpen tentang struktur sastra yaitu struktur unsur intrinsik.
2. Secara praktis, analisis ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk mengetahui wawasan tentang struktur sastra sebagai dasar untuk ditindaklanjuti pada berbagai kajian sastra lainnya. Lain daripada itu pembaca lebih mudah dalam memaknai sebuah karya sastra khususnya cerpen.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah analisis ini dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut.
·         Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan analisis, manfaat analisis dan sistematika penulisan.
·         Bab kedua berisi kajian teori. Kajian teori tersebut terdiri dari teori dasar prosa fiksi dan pendekatan struktural Burhan Nurgiyantoro.
·         Bab ketiga terdiri dari metode analisis yang memuat objek analisis, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan.
·         Bab keempat memuat analisis struktural cerpen Kartu Pos dari Surga yang terdiri dari: tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa.
·         Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan hasil analisis dan dilengkapi saran-saran.





BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Prosa Fiksi
Fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua karya yang mengandung unsur kenyataan disebut sebagai karya fiksi. Karya-karya lain yang penulisannya tidak berbentuk prosa, misalnya berupa dialog seperti dalam drama atau sandiwara, termasuk skenario untuk film, juga puisi-puisi drama dan puisi balada, pada umumnya tidak disebut karya fiksi. (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 8)
Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk sastra yang sekaligus disebut fiksi, dengan demikian pengertian fiksi seperti dikemukakan diatas, juga berlaku untuk novel. Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama, keduanya dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel dan cerpen sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang dan lain-lain. (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 9)
2.2 Pendekatan Struktural Burhan Nurgiayantoro
Langkah awal dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan menggunakan analisis struktural. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1994:36) menjelaskan bahwa “struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah”.
Analisis struktural merupakan salah satu kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antar unsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra tersebut yaitu: penokohan, alur, pusat pengisahan, latar, tema, dan sebagainya. Struktur novel/cerpen yang hadir di hadapan pembaca merupakan sebuah totalitas. Novel/cerpen yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan sehingga menyebabkan novel/cerpen tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna hidup. Adapun struktur pembangun karya sastra yang dimaksud dan akan diteliti meliputi: tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa.
2.2.1 Tema
Tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya bagian tertentu dari cerita. Sebagai sebuah makna pada umumnya, tema tidak dilukiskan, paling tidak perlukisan yang secara langsung atau khusus. Eksistensi dan atau kehadiran tema adalah terimplisit dan merasuki keseluruhan cerita, dan inilah yang menyebabkan kecilnya kemungkinan pelukisan secara langsung tersebut.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:82-83), tema dapat digolongkan dari tingkat keutamaanya, yaitu:
1. Tema pokok (mayor). Tema mayor yaitu makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
2. Tema minor. Tema minor ini bersifat mendukung dan atau mencerminkan makna utama keseluruhan cerita
2.2.2 Pemplotan
“Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain” (Stanton dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:113). Sejalan dengan itu, Atar Semi menyatakan bahwa “alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi” (Atar Semi, 1993:43).
Dengan demikian, alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya. Alur atau plot memegang peranan penting dalam sebuah cerita rekaan. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan.
Alur berdasarkan kriteria urutan waktu dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Alur maju. Alur maju atau progresif dalam sebuah novel terjadi jika cerita dimulai dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.
2. Alur mundur, regresif atau flash back. Alur ini terjadi jika dalam cerita tersebut dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal cerita.
3. Alur campuran yaitu gabungan antara alur maju dan alur mundur. Untuk mengetahui alur campuran maka harus meneliti secara sintagmatik dan paradigmatik semua peristiwa untuk mengetahui kadar progresif dan regresifnya (Burhan Nurgiyantoro, 1995:153-155).
Selain itu, Burhan Nurgiyantoro membagi alur berdasarkan kepadatannya menjadi dua, yaitu:
1. Alur padat.
Alur padat adalah cerita disajikan secara cepat, peristiwa terjadi secara susulmenyusul dengan cepat dan terjalin erat, sehingga apabila ada salah satu cerita dihilangkan maka cerita tersebut tidak dapat dipahami hubungan sebab akibatnya.
2. Alur longgar
Alur longgar adalah alur yang peristiwa demi peristiwanya berlangsung dengan lambat (Burhan Nurgiyantoro, 1995:159-160).
2.2.3 Tokoh dan Penokohan
“Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita” (Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:165).
Tokoh mempunyai sifat dan karakteristik yang dapat dirumuskan ke dalam beberapa dimensional antara lain:
·         Dimensi fisiologis, ialah ciri-ciri lahir. Misalnya:
- usia (tingkat kedewasaan),
- jenis kelamin,
- keadaan tubuhnya,
- ciri-ciri muka, dan
- ciri-ciri badani yang lain.
·         Dimensi sosiologis, ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat.
Misalnya:
- status sosial,
- jabatan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat,
- tingkat pendidikan,
- kehidupan pribadi,
- pandangan hidup, agama, kepercayaan ideologi,
- aktifitas sosial, organisasi, hobby,
- bangsa, suku, keturunan.
·         Dimensi psikologis, ialah latar belakang kejiwaan. Misalnya:
- mentalitas, ukuran moral/membedakan antara yang baik dan tidak baik; antara yang indah dan tidak indah; antara yang benar dan salah.
- temperamen, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan perilaku.
- IQ/Intellegence Quotient, tingkat kecerdasan keahlian khusus dalam bidang tertentu (Sudiro Satoto, 1995:44-45).

Ada dua macam cara dalam memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkan yaitu:
1. Secara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Secara dramatik, yaitu pengarang tidak menceritakan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya, tetapi hal itu disampaikan melalui pilihan nama tokoh, melalui pengambaran fisik tokoh dan melalui dialog (Atar Semi, 1993:39-40).
Apabila tokoh-tokoh dalam suatu cerita dilihat berdasarkan perannya dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu, jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, dan pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik (Burhan Nurgiyantoro, 1995:178-179).

2.2.4 Pelataran
“Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan” (Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 216). Kadang-kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi penokohan dan kadang membentuk tema. Pada banyak novel, latar
membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan tokoh cerita tersebut.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:
1. Latar tempat, yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
2. Latar waktu, berhubungan dengan peristiwa itu terjadi.
3. Latar sosial, menyangkut status sosial seorang tokoh, penggambaran keadaan
masyarakat, adat-istiadat dan cara hidup (Burhan Nurgiyantoro, 1995:227–333).
2.2.5 Penyudutpandangan

Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan : Siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Pengertian sudut pandang adalah pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya. Sudut pandang dapat disamakan artinya dan bahkan dapat memperjelas dengan istilah pusat pengisahan.
Sudut pandang banyak macamnya tergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Yaitu :

a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “dia”

b. Sudut Pandang Persona Pertama: “aku”

c. Sudut Pandang Campuran

         Ternyata untuk jenis sastra fiksi, teknik penyudutpandangan tersebut terasa mampu memberikan efek kebaruan, angin segar yang tak membosankan bagi pencerapan indera kita, Namun tampaknya secara teoritis masih terlalu dini untuk mengatakan “ya”. Karena pada hakikatnya teknik “kau” tersebut hanya merupakan variasi teknik “aku” atau “dia” unyuk mengungkap sesuatu secara lain.

2.2.6 Bahasa
a. Bahasa Sastra: Sebuah Fenomena
Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur emotif dan konotatif. Ciri adanya unsur pikiran bukan hanya monopoli bahan non sastra, tetapi bahasa sastrapun memilikinya.
b. Stile dan Stilistika
Stile adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Stilistika menyarankan pada pengertian studi tentang stile, kajian terhadap wujud performansi kebahasan ,khususnya yang terdapat dalam karya sastra.
c. Stile dan Nada
Nada dalam pengertian luas diartikan sebagai pendirian atau sikap yang diambil pengarang terhadap pembaca dan masalah yang dikemukakan. Dalam sebuah karya fiksinya pengarang mengekspresikan sikap, baik terhadap masalah maupun pembaca, pembacapun dapat memberikan reaksi yang sama.

















BAB III
METODE ANALISIS

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode kualitatif.
Suwardi Endraswara (2004:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris”.
Analisis ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang paling cocok dengan fenomena sastra. Hal ini perlu dipahami, sebab karya sastra adalah dunia kata dan simbol yang penuh makna sehingga perlu ditafsirkan maknanya agar mudah dimengerti dan dipahami.
3.1 Objek Analisis
Objek penelitian ini tentang struktur intrinsik cerpen Kartu Pos dari Surga.

KARTU POS DARI SURGA KARYA AGUS NOOR

MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.
Beningnya tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia melongok, barangkali kartu pos itu terselip di dalamnya. Tapi memang tak ada. Apa Mama begitu sibuk hingga lupa mengirim kartu pos? Mungkin Bi Sari sudah mengambilnya! Beningnya pun segera berlari berteriak, “Biiikkk…Bibiiikkk…” Ia nyaris kepleset dan menabrak pintu. Bik Sari yang sedang mengepel sampai kaget melihat Beningnya terengah-engah begitu.
“Ada apa, Non?”
“Kartu posnya udah diambil Bibik, ya?”
Tongkat pel yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa mulutnya langsung kaku. Ia harus menjawab apa? Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu seketika meredup, seakan sudah menebak, karna ia terus diam saja. Sungguh, ia selalu tak tahan melihat mata yang kecewa itu. ***
MARWAN hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi. “Sekarang, setiap pulang, Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak tahu mesti jawab apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih belum genap 6 tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung bila anaknya bertanya, “Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”
“Mungkin Pak Posnya lagi sakit. Jadi belum sempet ngater ke mari…”
Lalu ia mengelus lembut anaknya. Ia tak menyangka, betapa soal kartu pos ini akan membuatnya mesti mengarang-ngarang jawaban.
Pekerjaan Ren membuatnya sering bepergian. Kadang bisa sebulan tak pulang. Dari kota-kota yang disinggahi, ia selalu mengirimkan kartu pos buat Beningnya. Marwan, kadang meledek istrinya, “Hari gini masih pake kartu pos?” Karna Ren sebenarnya bisa telepon atau kirim SMS. Meski baru playgroup, Beningnya sudah pegang hape. Sekolahnya memang mengharuskan setiap murid punya handphone, agar bisa dicek sewaktu-waktu, terutama saat bubaran sekolah, untuk berjaga-jaga kalau ada penculikan.
“Kau memang tak pernah merasakan bagaimana bahagianya dapat kartu pos…”
Marwan tak lagi menggoda bila Ren sudah menjawab seperti itu. Sepanjang hidupnya, Marwan tak pernah menerima kartu pos. Bahkan, rasanya, ia pun jarang dapat surat pos yang membuatnya bahagia. Saat SMP, banyak temannya yang punya sahabat pena, yang dikenal lewat rubrik majalah. Mereka akan berteriak senang bila menerima surat balasan atau kartu pos, dan memamerkannya dengan membacanya keras-keras. Karena iri, Marwan pernah diam-diam menulis surat untuk dirinya sendiri, lantas mengeposkannya. Ia pun berusaha tampak gembira ketika surat yang dikirimkannya sendiri itu ia terima.
Ren sejak kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang pelaut. “Setiap kali menerima kartu pos darinya, aku selalu merasa ayahku muncul dari negeri-negeri yang jauh. Negeri yang gambarnya ada dalam kartu pos itu…” ujar Ren. Marwan ingat, bagaimana semasa mereka pacara, Ren bercerita dengan suara penuh kenangan, “Aku selalu mengeluarkan semua kartu pos itu, setiap Ayah pulang.” Ren kecil duduk dipangkuan, sementara Ayahnya berkisah keindahan kota-kota pada kartu pos yang mereka pandangi. “Itulah saat-saat menyenangkan dan membanggakan punya Ayah pelaut.” Ren merawat kartu pos itu seperti merawat kenangan. “Mungkin aku memang jadul. Aku hanya ingin beningnya punya kebahagiaan yang aku rasakan…”
Tak ingin berbantahan, Marwan diam. Meski tetap saja ia merasa aneh, dan yang lucu: pernah suatu kali Ren sudah pulang, tetapi kartu pos yang dikirimkannya dari kota yang disinggahi baru sampai tiga hari kemudian!
***
KETUKAN di pintu membuat Marwan bangkit, dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
“Nggak bisa tidur, ya? Mo tidur di kamar Papa?”
Marwan menggandeng anaknya masuk.
“Besok Papa bisa anter Beningnya nggak?” tiba-tiba anaknya bertanya.
“Nganter ke mana? Pizza Hut?”
Beningnya menggeleng.
“Kemana?”
“Ke rumah Pak Pos…”
Marwan merasakan sesuatu mendesir di dadanya.
“Kalu emang Pak Posnya sakit, biar besok Beningnya aja yang ke rumahnya, ngambil kartu pos dari Mama.”
Marwan hanya diam, bahkan ketika anaknya mulai mengeluarkan setumpuk kartu pos dari kotak itu. Ia mencoba menarik perhatian Beningnya dengan memutar DVD Pokoyo, kartun kesukaannya. Tapi Beningnya terus sibuk memandangi gambar-gambar kartu pos itu. Sudut kota tua. Siluet menara dengan burung-burung melintas langit jernih. Sepeda yang berjajar di tepian kanal. Pagoda kuning keemasan. Deretan kafe payung warna sepia. Dermaga dengan deretan yacht tertambat. Air mancur dan patung bocah bersayap. Gambar pada dinding gua. Bukit karang yang menjulang. Semua itu menjadi tampak lebih indah dalam kartu pos. Rasanya, ia kini mulai dapat memahami, kenapa seorang pengarang bisa begitu terobsesi pada senja dan ingin memotongnya menjadi kartu pos buat pacarnya.
Andai ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu pos itu hingga Beningnya tertidur. Ah, bagaimanakah ia mesti menjelaskan semuanya pada bocah itu?
“Bilang saja Mamanya pergi…” kata Ita, teman sekantor, saat Marwan makan siang bersama. Marwan masih ngantuk, karena baru tidur menjelang jam lima pagi, setelah Beningnya pulas,
“Bagaimana kalau ia malah terus bertanya, kapan pulangnya?”
“Ya sudah, kamu jelaskan saja pelan-pelan yang sebenarnya.”
Itulah. Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang tampak memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah memandang mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga ia dan Ita…
“Atau kamu bisa saja tulis katu pos buat dia. Seolah-oleh itu dari Ren..”
Marwan tersenyum. Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya.
***
MOBIL jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat Beningnya gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia kirim. Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti tercekat, kemudian berlarian tergesa masuk rumah.
Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu.
“Wah, udah datang ya kartu posnya?”
Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.
“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu. “Ini bukan tulisan Mama…”
Marwan tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak, dan berlari ke kamarnya. Bahkan membohongi anaknya saja ia tak bisa! Barankali memang harus berterus terang. Tapi bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya? Rasanya akan lebih mudah bila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa membiarkan Beningnya melihat Mamanya terakhir kali. Membiarkannya ikut ke pemakaman. Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan kehilangan. Tetapi rasanya jauh lebih mudah menenangkan Beningnya dari tangisnya, ketimbang harus menjelaskan bahwa pesawat Ren jatuh ke laut, dan mayatnya tak pernah ditemukan.
***
KETUKAN gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Duabelas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya.
“Ada apa?” Marwan mendapati Bik Sari yang pucat.
“Beningnya…”
Terburu Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.
“Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit ia buka. Ia melihat ada asap lembut, serupa kabut, keluar dari lubang kunci. Bau sangit membuatnya tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Ia menduga terjadi kebakaran, dan makin panik membayangkan api mulai melahap kasur.
“Beningnya! Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil.
“Buka Beningnya! Cepat buka!”
Entahlah berapa lama ia menggedor, ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap, dan pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan menyambar mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi. Hanya kartu pos-kartu pos yang beserakan.
“Tadi Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang posnya emang sakit, jadi Mama mesti nganter kartu posnya sendiri…”
Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar.
Singapura-Yogyakarta, 2008

3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah:
Teks atau dokumen, yang terdiri dari:
a. Pisau analisis struktural dari buku berjudul: Teori Pengkajian Fiksi, Penulis: Burhan Nurgiyantoro dan artikel yang bersumber: http://rumahterjemah.com/lainnya/teori-fiksi-burhan-nurgiyantoro/
b. Naskah Cerpen: Kartu Pos dari Surga Karya Agus Noor yang diambil dari buku 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009 terbitan PT Gramedia Pustaka Utama 2009
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan  teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, mempelajari, dan membaca tentang buku-buku, artikel, atau laporan yang berhubungan dengan objek penelitian.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam analisis ini menggunakan teknik analisis struktural intrinsik cerpen Burhan Nurgiyantoro dengan tahapan:
1. Mengidentifikasi
*      Membaca cerpen
*      Identifikasi tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa.
*      Menuliskan cuplikan cerpen yang menjurus pada tema, pemplotan, penokohan, pelataran, penyudutpandangan, gaya bahasa.
2. Pengkajian/analisis
*      Menafsirkan isi cuplikan yang diambil dari cerpen
*      Mengulas/menganalisis lebih dalam isi cuplikan
3. Mendeskripsikan
*      Dalam tahap ini data hasil analisis yang telah disajikan tertulis kemudian dikhususkan sebagai data kesimpulan yang empiris.
3.5 Teknik Penyimpulan Data
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini secara induktif yaitu pola penarikan kesimpulan dengan cara berfikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus untuk menemukan kesimpulan yang bersifat umum.


BAB IV
ANALISIS STRUKTURAL
 Tabel Analisis Tema, Alur, Tokoh/penokohan, Latar, Sudut Pandang dan Gaya Bahasa.

Identifikasi
Analisis
Deskripsi
Cuplikan Cerpen
Penafsiran/
Ulasan
Kesimpulan
TEMA
…” suara pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak tahu mesti jawab apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih belum genap 6 tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung bila anaknya bertanya, “Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”
“Mungkin Pak Posnya lagi sakit. Jadi belum sempet nganter ke mari…”
Lalu ia mengelus lembut anaknya. Ia tak menyangka, betapa soal kartu pos ini akan membuatnya mesti mengarang-ngarang jawaban.

Lewat cerpen ini kita akan dihadapkan pada kenyataan, betapa berat mempertahankan kejujuran. Betapa sulit mengajarkan kejujuran. Dan, betapa musykil menanamkan kejujuran itu.
Selain itu, Agus menunjukkan kepada kita, selaku pembaca, bagaimana menjadi Ayah yang bijak. Ayah yang jujur.
Setiap kebohongan pasti akan melahirkan kebohongan baru, demi menutupi kebohongan sebelumnya. Agus pun mengolah cerita dengan cerdas. Ia mengungkap sisi kehidupan banyak orang tua yang sering menutupi kenyataan meskipun terpaksa harus “berbohong”. Sebenarnya, niat Marwan baik. Ingin membahagiakan anaknya. Namun, cara yang dilakukannya salah.
Terbukti, Beningnya mengetahui bahwa kartu pos yang dia terima, keesokan harinya, bukan dari Mamanya
.

TEMA : SULITNYA  MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN
ALUR
Pengenalan: MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya...........
Flashback: ..... Pekerjaan Ren membuatnya sering bepergian. Kadang bisa sebulan tak pulang. Dari kota-kota yang disinggahi, ia selalu mengirimkan kartu pos buat Beningnya........
Konflik: Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu.
....“Wah, udah datang ya kartu posnya?”
Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.
“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu. “Ini bukan tulisan Mama…”....
Penyelesaian: ...“Tadi Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang posnya emang sakit, jadi Mama mesti ngater kartu posnya sendiri…”
Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar.....

Cerita ini dimulai dengan kedatangan seorang gadis kecil yang bernama Beningnya dengan tergesa-gesa. Sesampainya di depan rumah, Beningnya mendapati kotak pos yang kosong. Kemudian ia bertanya mengenai kartu pos kepada Sari yakni pembantunya. Sari yang kebingungan tidak tahu harus menjawab apa. Malamnya, Marwan yang tidak lain ayah dari Beningnya ditanya oleh Beningnya. Ia bertanya mengenai kartu pos dari Mamanya. Dengan berbagai alasan, Marwan menjawab pertanyaan tersebut. Seketika ia teringat istrinya yang suka mengirimkan kartu pos kepada anaknya apabila ia sedang bekerja. Tiba-tiba pintu terketuk dan membuat Marwan bangkit. Ternyata itu Beningnya yang membawa kotak kayu pemberian mamanya untuk menyimpan kartu pos. Ia tidak bisa tidur dan minta diantar ke rumah tukang pos. Marwan tiba-tiba berpikir, bagaimana caranya ia untuk memberi tahukan bahwa sebenarnya mamanya sudah meninggal dalam perjalanan. Keesokan harinya, Marwan menuliskan kartu pos untuk anaknya. Ia berharap anaknya mengira kartu pos tersebut berasal dari mamanya. Ternyata anaknya mengetahui bahwa kartu pos tersebut bukan tulisan mamanya. Mata Beningnya berkaca-kaca. Cerita ini diakhiri dengan kemunculan cahaya yang terang keperakan di kamar Beningnya dan ternyata cahaya tersebut menjadi penanda sebagai kedatangan mama Beningnya ke hadapan anaknya tersebut.

ALUR: CAMPURAN
TOKOH
PENOKOHAN
T1: ... MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur.
T2:... Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu seketika meredup,...
T3: ... MARWAN hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi....
.... Ia tak menyangka, betapa soal kartu pos ini akan membuatnya mesti mengarang-ngarang jawaban.....
T4: ... Ren sejak kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang pelaut....
T5: ... “Bilang saja Mamanya pergi…” kata Ita,...


Ada beberapa tokoh yang mendukung cerpen “Kartu Pos dari Surga”. Tokoh-tokoh tersebut adalah :
a. Beningnya : Merupakan tokoh utama dalam cerpen ini. Ia selalu menanti kartu pos dari mamanya. Tokoh ini masih play group dan ia sangat menyukai kartun Pokoyo. Sifat dari tokoh ini pada cerpen yaitu baik, mempunyai keyakinan atas kepercayaannya, cerdas. Hal tersebut terbukti ketika Beningnya mendapatkan kartu pos, ia mengetahui bahwa kartu pos itu bukan tulisan mamanya.
b. Marwan : Merupakan tokoh yang berperan sebagai Ayah dari Beningnya. Tokoh ini tidak ingin anaknya mengetahui keadaan Ibunya yang sebenarnya. Ia juga tidak ingin anaknya terus bersedih. Pada cerpen, tokoh ini merasa kesulitan untuk memberitahu kepada anaknya mengenai keadaan Ibunya yang sebenarnya. Tokoh ini juga selalu berusaha untuk menghindari menjawab langsung pertanyaan dari Beningnya. Hanya cara yang digunakan tokoh ini dalam menutupi kenyataan kurang baik yaitu dengan memberikan kebohongan pada anaknya yang masih kecil.
c. Ren : Merupakan tokoh yang berperan sebagai Ibu Beningnya. Tokoh ini ingin agar anaknya merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang dirasakannya ketika ia mendapat kartu pos dari ayahnya. Pekerjaan tokoh ini, membuatnya sering berpergian jauh dan lama. Tokoh ini memiliki kegemaran mengirimkan kartu pos dari daerah yang disinggahinya.
d. Sari : Merupakan salah satu tokoh pembantu yang berperan sebagai pembantu rumah Beningnya. Ia memiliki sifat yang baik hati dan tidak menginginkan anak majikannya bersedih.
e. Ita : Merupakan tokoh pembantu yang berperan sebagai teman kantor Marwan. Tokoh ini memberikan saran kepada Marwan mengenai cara menyampaikan tentang keadaan ibunya kepada sang anak.


a.Beningnya : polos, cerdas.
b.Marwan : menutupi kejujuran dengan kebohongan karena takut membuat sedih anaknya yang masih kecil.
c.Ren : baik, kreatif.
d. Sari : baik.
e. Ita : pemberi saran yang kurang baik yaitu menyuruh seorang ayah menutupi kejujuran pada anaknya.

LATAR
... MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali ini? ...
... Ia nyaris kepleset dan menabrak pintu...
...“Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit ia buka....

Latar cerpen “Kartu Pos dari Surga”, baik latar tempat dan latar waktu, sangat cocok dan mendukung tema. Latar tempat pada cerpen ini menggambarkan suatu keadaan normal yang sudah biasa di kunjungi oleh kalangan masyarakat yaitu sekolah dan rumah. Latar yang termasuk biasa ini cukup mendukung kejadian dalam cerpen. Misalnya disaat Ibunya menampakan diri. Latar yang digunakan yaitu kamar Beningnya. Latar yang seperti ini yang menyempurnakan cerita. Karena para pembaca mengetahui bahwa kamar adalah tempat anak untuk bermain. Sehingga penulis memunculkan kamar sebagai latar untuk kemunculan ibunya tersebut. Latar yang pas dan tidak berlebihan ini membuat latar dalam cerpen ini menjadi sangat cocok.

LATAR

TEMPAT:
·       HALAMAN
·       RUMAH
·       KAMAR
WAKTU
Peristiwa dalam cerpen “Kartu Pos dari Surga” terjadi di kalangan masyarakat yang cukup modern. Karena pada cerpen dikatakan bahwa sudah ada HP pada saat itu.


SUDUT PANDANG
... MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. ...
... MARWAN hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi....

Penyebutan nama tokoh yang ditampilkan dalam cerpen merupakan gambaran penyudutpandangan dengan menggunakan Sudut Pandang Persona Ketiga: “dia”

SUDUT PANDANG
Persona Ketiga: “dia”

GAYA BAHASA
... MOBIL jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman...
... Terburu Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar....
Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar.


Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat sederhana dengan susunan yang baik.
Walaupun demikian sebuah karya fiksi tak lepas dari gaya bahasa yang mengandung makna-makna kias/konotatif begitupun dengan cerpen ini antara lain:
o  Dari segi judulnya “Kartu pos dari surga” ini memiliki simbol suatu kabar dari alam lain lewat sebuah kartu pos dengan tanda-tandanya, yaitu kartu pos itu terbuat dari kain kafan dan pinggirannya coklat terbakar agar terlihat seperti motif.
o  Beningnya, nama anak ini menandakan bahwa sang anak masih kecil dan tak berdosa, bening tanpa noda sedikitpun.
o  Seperi capung melintas halaman, menandakan beningnya berlari tanpa melihat sekeliling apa ada penghalang atau tidak.
o  Mulutnya langsung kaku, mengartikan bibirnya tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
o  Sahabat pena, adalah pertemanan yang terjali hanya lewat sebuah tulisan yang saling dikirim antar satu dengan yang lainnya. Bisa dikatakan pula sebagai teman yang maya, karena sosoknya tidak lagsung berjumpa.
o  Mata beningnya berkaca-kaca, maksud dari kalimat ini adalah mata beningnya mengeluarkan air mata. Berkaca-kaca sama artinya dengan menangis.
o  Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Cahaya disini bukan cahaya biasa namun memberikan tanda bahwa cahaya ini pengantar suatu pesan. Pengarang ingin memberikan tanda bahwa ada sesuatu keganjilan yang terjadi seperti yang sudah biasa terjadi jika ada cahaya yang temaram dan bukan cahaya lampu itu menandakan bahwa sesuatu yang gaib datang.
o  Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Ini juga pertanda yang sama dengan yang sebelumnya.situasi atau keadaan seperti ini menandakan sedang ada keganjilan yang berhubungan denga alam gaib. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi yang bersangkut paut dengan alam gaib.
o  Bau wangi yang ganjil mengambang Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Disini diceritakan seperti ini untuk menguatkan persepsi awal tentang hadirnya keganjilan.
o  Ada asap lembut, serupa kabut, keluar dari lubang kunci. Bau sengit membuat tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Disini pengararang lebih mempertegas lagi keadaan dan menguatkan makna dari symbol yang telah ada untuk agar pembaca semakin mengerti apa maksud dari cerpen ini.
o  Hanya kartu pos-kartu pos yang berserakan. Menandakan seseorang telah datang dan membuat keadaan seperti itu.
o  Tadi mama datang. Kalimat ini memberikan jawaban dari tanda sebelumnya tentang kartu pos yang berserakan. Pengarang memberi tanda lalu memberikan jawaban atas tanda itu. Fungsi kalimat ini member penguatan atas kalimat sebelumnya
o  Sepotong kain serupa kartu pos. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar. Disini pengarang kembali pada awal atau judulnya. Pengarang memberi tanda untuk mengartikan maksud dari judul dan kalimat terakhirnya berkaitan dan memiliki arti yang sama namun berbeda fungsi. Pada kalimat di akhir memperkuat persepsi atas judul dengan cerita-cerita pada bagian klimak cerita dengan menggunkan tanda-tanda tadi yang telah disampaikan.

GAYA BAHASA
BAHASA KIAS/SIMBOL:
·                    Kartu pos dari surge
·                    Beningnya
·                    Seperti capung melintas halaman
·                    Mulutnya langsung kaku
·                    Sahabat pena
·                    Mata beningnya berkaca-kaca
·                    Cahaya yang terang keperakan
·                    Hawa dingin bagai merembes dari dinding
·                    Bau wangi yang ganjil mengambang Dan cahaya itu makin menggenangi lantai
·                    Sepotong kain serupa kartu pos


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SINOPSIS CERPEN : KARTU POS DARI SURGA KARYA AGUS NOOR
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang anak kecil bernama Beningnya yang hidupnya penuh dengan penantian. Dia menanti kabar dari ibunya yang selalu memberinya kartu pos. Beningnya setiap hari bermuram durja karena kartu pos dari ibunya tak kunjung ada, sampai-sampai ayahnya harus membohonginya untuk mengembalikan semangat anaknya dengan mengirimkan kartu pos untuk anaknya. Namun Beningnya tahu bahwa kartu pos itu bukan dari ibunya karena tulisan yang tertera pada kartu pos itu bukan tulisan ibunya. Beningnya sampai pernah meminta untuk ke rumah pak pos untuk mengambil kartu pos dari ibunya itu, sebab ayahnya pernah mengatakan “mungkin pak posnya sedang sakit, jadi tidak bisa mengantarkan kartu pos dari ibunya”. Hingga suatu malam Beningnya ditemui oleh roh ibunya yang telah meninggal, dan ibunya memberikan kartu pos untuk Beningnya. Kini ayah dan pengasuhnya tidak usah bingung untuk menjelaskan kepada Beningnya lagi tentang keadaan ibunya.

UNSUR INTRINSIK CERPEN
TEMA
SULITNYA  MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN
ALUR
CAMPURAN
TOKOH/PENOKOHAN:
a.    Beningnya : polos, cerdas.
b. Marwan : menutupi kejujuran dengan kebohongan karena takut membuat sedih anaknya yang masih kecil.
c. Ren : baik, kreatif.
d. Sari : baik.
e. Ita : pemberi saran yang kurang baik yaitu menyuruh seorang ayah menutupi kejujuran pada anaknya.
LATAR

TEMPAT:
·      Halaman
·      Rumah
·      Kamar
WAKTU
Peristiwa dalam cerpen “Kartu Pos dari Surga” terjadi di kalangan masyarakat yang cukup modern. Karena pada cerpen dikatakan bahwa sudah ada HP pada saat itu.
SUDUT PANDANG
Persona Ketiga: “dia”
GAYA BAHASA
BAHASA KIAS/SIMBOL:
·                    Kartu pos dari surga
·                    Beningnya
·                    Seperti capung melintas halaman
·                    Mulutnya langsung kaku
·                    Sahabat pena
·                    Mata beningnya berkaca-kaca
·                    Cahaya yang terang keperakan
·                    Hawa dingin bagai merembes dari dinding
·                    Bau wangi yang ganjil mengambang Dan cahaya itu makin menggenangi lantai
·                Sepotong kain serupa kartu pos
5.2 Saran
Sulitnya memaknai sebuah karya sastra berdampak pada kurangnya penelitian-penelitian terhadap karya sastra itu sendiri. Karya sastra dewasa ini semakin memisahkan diri dari kehidupan masyarakat umum. Hanya golongan kecil saja yang akrab dengan karya sastra, seperti golongan sastrawan, budayawan, pengamat dan kritikus sastra.
Hal yang paling dasar yang dapat dilakukan oleh siapapun untuk membedah makna suatu karya sastra adalah dengan cara “menganalisis unsur-unsur pembangunnya” lebih lanjut daripada itu dapat dilakukan kajian-kajian terhadap karya sastra dari berbagai sudut pandangan.
Maka, disarankan khusus kepada mahasiswa/mahasiswi jurusan bahasa atau sastra untuk lebih banyak mengkaji karya sastra baik kajian dasar unsur pembangun karya sastra maupun kajian-kajian lebih dalam daripada itu untuk memperkaya pengetahuan dalam memaknai sebuah karya sastra.














DAFTAR PUSTAKA
Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Noor, Agus. 2009. Kartu Pos dari Surga :20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009:PT           Gramedia Pustaka Utama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar